03/02/2012, Bentrokan berdarah di Port Said, Mesir, antara pendukung Al-Masry dan Al-Ahly dalam laga Liga Mesir yang menewaskan 74 orang dan sedikitnya melukai 1.000 orang diduga melibatkan polisi dan militer. Dugaan itu makin menguat karena saat pecah kerusuhan tidak ada upaya pencegahan awal yang dilakukan aparat keamanan.
Menurut pemain Al-Ahly, Mohamed Abo Treika, suporter Al-Masry bahkan leluasa masuk ke lapangan dan menyerang secara sporadis pemain lawan dan suporter tim tamu. "Tidak ada petugas keamanan yang bergerak dan satu pun ambulans terlihat. Juga tidak ada upaya untuk melakukan pengamanan," ujar Treika dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, kelompok politik terbesar di Mesir, Ikhwanul Muslimin, menuduh para pendukung presiden terguling Hosni Mubarak yang menjadi provokator sehingga memicu kekerasan antarsuporter. "Kejadian di Port Said sudah direncanakan dan merupakan pesan dari sisa-sisa pemerintahan sebelumnya," kata anggota parlemen Essam Al-Erian.
Erian juga menuduh polisi dan militer sengaja membiarkan kejadian itu sebagai balasan terhadap gerakan protes dari kelompok garis keras yang memunculkan revolusi di Mesir.
Namun, Kepala Dewan Militer Mesir Mohammed Hussein Tantawi tak setuju dengan opini tersebut. "Jika ada yang merencanakan instabilitas di Mesir, mereka takkan sukses. Semuanya akan mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan," jelas Tantawi. (*/R-1) mediaindonesia.com
Menurut pemain Al-Ahly, Mohamed Abo Treika, suporter Al-Masry bahkan leluasa masuk ke lapangan dan menyerang secara sporadis pemain lawan dan suporter tim tamu. "Tidak ada petugas keamanan yang bergerak dan satu pun ambulans terlihat. Juga tidak ada upaya untuk melakukan pengamanan," ujar Treika dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, kelompok politik terbesar di Mesir, Ikhwanul Muslimin, menuduh para pendukung presiden terguling Hosni Mubarak yang menjadi provokator sehingga memicu kekerasan antarsuporter. "Kejadian di Port Said sudah direncanakan dan merupakan pesan dari sisa-sisa pemerintahan sebelumnya," kata anggota parlemen Essam Al-Erian.
Erian juga menuduh polisi dan militer sengaja membiarkan kejadian itu sebagai balasan terhadap gerakan protes dari kelompok garis keras yang memunculkan revolusi di Mesir.
Namun, Kepala Dewan Militer Mesir Mohammed Hussein Tantawi tak setuju dengan opini tersebut. "Jika ada yang merencanakan instabilitas di Mesir, mereka takkan sukses. Semuanya akan mendapatkan apa yang pantas mereka dapatkan," jelas Tantawi. (*/R-1) mediaindonesia.com